- Launching e-Office Balai KSDA Sulteng
- PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI DESA OWINI DAN DESA BANCEA
- Himbauan Terkait Karhutla pada desa Pangi
- PATROLI DAN PEMELIHARAAN PAL BATAS KAWASAN CAGAR ALAM MOROWALI
- Patroli Pal Batas CA Pangi Binangga
- PENYU HIJAU SALAH SATU SATWA YANG DI LINDUNGI
- UPAYA PENCEGAHAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI SUAKA MARGA SATWA LOMBUYAN KAB. BANGGAI
- PATROLI PENGAMANAN KAWASAN HUTAN DI CAGAR ALAM PATI-PATI KAB.BANGGAI
- Tim resort CA Pangi Binangga melakukan kegiatan pemeliharaan papan informasi batas kawasan hutan
- Monitoring Anoa Menggunakan Kamera Trap di Cagar Alam Tanjung Api Kab. Tojo Una-una
TAMAN WISATA ALAM WERA
BKSDA SULAWESI TENGAH

Sejarah Pengelolaan Kawasan
TWA Wera terbentuk
berdasarkan penunjukan Menteri Pertanian melalui Surat Keputusan Nomor:
843/Kpts/Um/11/1980 tanggal 25 November 1980 dengan luas kawasan + 250 Ha
dengan status Taman Wisata Alam. Kawasan
ini termasuk dalam Kelompok Hutan Wera (Hutan Lindung Wera) karena memiliki
potensi wisata yang besar berupa panorama alam yang indah dan Air Terjun Wera
maka ditujuk sebagai taman wisata alam.
Baca Lainnya :
- TAMAN WISATA ALAM BANCEA0
- TAMAN BURU LANDUSA TOMATA0
- SUAKA MARGA SATWA TANJUNG SANTIGI0
- SUAKA MARGA SATWA PINJAN TANJUNG MATOP0
- SUAKA MARGA SATWA PASOSO0
Pada tahun 2014
dikeluarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: SK.6586/Menhut-VII/KUH/2014 28 Oktober 2014 tentang penetapan Taman Wisata
Alam Wera dengan luas 349,39 Ha.
Letak geografis kawasan
Secara
Geografis TWA Wera terletak antara 1o2’ – 1o3’ Lintang
Selatan dan antara 119o50’ – 119o51’ bujur timur.
Tipe Ekosistem di Kawasan
Ø Kawasan TWA Wera ini dialiri oleh satu sungai utama yaitu Sungai Wera.
Ø Pada bagian hulu terdapat dua buah anak sungai yang mengalir masuk dan
membentuk sungai Wera. Sungai ini mengalir melalui celah yang terjal pada
celah-celah perbukitan yang curam dan membentuk jeram (terjunan) setinggi ± 80
m.
Ø Pada bagian bawah yang agak datar Sungai Wera mengalir ke arah Timur menuju
Desa Kaleke dan sekitarnya. Karena melalui aliran yang terjal dan berbatu-batu,
sungai ini tidak begitu lebar (hanya sekitar 2-3 m) dengan kedalaman kurang
dari 50 cm.
Hanya pada bagian lereng yang terjal pada sekitar 50 - 100 m pada kiri
kanan alur sungai yang masih tertutup hutan yang utuh, termasuk pada bagian
hulu yang kondisi medannya juga terjal. Hal ini menyebabkan sampai saat ini
aliran sungai Wera relatif masih baik dan mengalir sepajang tahun, karena baik
alirannya maupun daerah tangkapan air di daerah hulu relatif masih baik (karena
kondisi alam yang sulit sehingga tidak dapat dirambah/ diganggu).
Keanekaragaman Hayati
Hutan di kawasan TWA Wera termasuk hutan sekunder dengan kondisi
vegetasi yang relatif sedikit sebagian tertutup semak/ rumput. Bagian yang
berhutan terdapat pada celah bukit dan lembah sekitar Wera dan kanan kiri
Sungai Wera. Flora yang mendominasi di taman wisata ini: Kenari (Canarium aspermun); Bintangur (Callophylum sp); Lebanu (Nauclea sp); beringin (Ficus
benjamina); Lei (Palaguium javanicum); dan Pakis sarang (Asplenium nidus) serta beberapa Anggrek tanah.
Jenis satwa yang
dapat dijumpai di kawasan TWA Wera relatif sedikit, hanya beberapa jenis
mamalia, aves dan serangga yaitu antara lain: Monyet hitam (Macaca tonkeana); Enggang/ Allo (Aceros cassiddix); Ayam hutan (Gallus gallus); Burung gagak (Corvus
sp.); Babi hutan (Sus celebensis);
Rusa (Cervus timorensis); Burung nuri
kepala biru (Trichoglossus ormatus);
Kakatua jambul kuning (Cacatua sulphurea).
Potensi kawasan
Jenis Tanah
Jenis tanah alluvial dan podsolik
dengan bahan endapan musolium tanah cukup dalam, tekstur lempung sampai liat,
berlapis-lapis, debu, dan pasir.
Geologi
formasi geologi kawasan TWA Wera
termasuk batuan sedimen marin, alluvium induk, dan terumbu koral
Posisi Kawasan konservasi dalam DAS
Pada bagian hulu
terdapat 2 (dua) buah anak sungai yang mengalir masuk dan membentuk Sungai
Wera. Sungai ini mengalir melalui celah-celah perbukitan yang curam dan
membentuk jeram (terjunan) setinggi ± 80 m. Pada bagian bawah yang agak datar
Sungai Wera mengalir ke arah timur ke Desa Kaleke yang merupakan sumber air
utama untuk daerah persawahan di Desa Kaleke dan sekitarnya. Karena melalui
aliran yang terjal dan berbatu-batu, sungai ini tidak lebar hanya sekitar 2 - 3
m dengan kedalaman kurang dari 50 m
Tipe Curah hujan,
Curah hujan rata-rata tahunan dari 451 - 1059 mm/tahun
Kelerengan/Topografi,
Kondisi topografi kawasan TWA
Wera pada umumnya berlereng sampai terjal dengan kemiringan antara 60% s/d 90%.
Terdapat lembah yang sempit yang merupakan aliran Sungai Wera yang diapit
bukit-bukit yang terjal pada kedua sisinya dan bagian yang datar terdapat pada
bagian bawah di sekitar Desa Balumpewa.
Obyek Daya Tarik Wisata
Ø TWA wera
memiliki potensi yang paling menonjol yakni obyek wisata alam seperti air
terjun dengan ketingian + 100 meter serta udara sejuk sekitarnya.
Ø Atraksi hiking (mendaki gunung) dari arah Utara batas
kawasan ke puncak bukit sebelah Barat.
Aksesibilitas menuju kawasan,
Kawasan Taman Wisata
Alam Wera terletak ± 20
Km sebelah selatan Kota Palu. Kawasan
ini relatif dekat dan mudah
dijangkau karena telah ada jalan
raya beraspal yang menghubungkan Kota Palu dan
desa-desa di sekitarnya.
Untuk mencapai kawasan pengunjung dapat naik kendaraan umum maupun kendaraan pribadi dari Kota
Palu ke Desa Balumpewa (Taman Wisata
Alam Wera terletak di wilayah
administrasi Desa Balumpewa).
Perjalanan ke lokasi ini
membutuhkan waktu ± 30 menit.
Kondisi Penataan Zona/blok
Sudah
dilakukan penataan blok berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan
Hutan dan Konservasi Alam Nomor : SK.4/IV-SET/2013 tanggal 28 Februari 2013.
Sosial
ekonomi budaya
Ekonomi dan soSial budaya masyarakat sekitar kawasan
Sosial kultural
masyarakat Desa Balumpewa dan Desa Kalukutinggu merupakan daerah yang didiami
oleh Etnik Kaili yang dalam kesehariannya menggunakan dialek “Inde” dan sampai
saat ini Desa Balumpewa dan Desa Kalukutinggu merupakan desa yang sangat kental
dengan dialek “Inde”.
Dalam perkembangannya
daerah Desa Balumpewa dan Desa Kalukutinggu telah dihuni oleh penduduk dan pada
saat itu telah terbangun dengan baik pranata sosialnya, sehingga dari hal
tersebut susunan dan mekanisme kelembagaannya telah tertata dengan baik.
Dalam perkembangannya
Desa Balumpewa dan Desa Kalukutinggu juga tidak terlepas dari perkembangan
sosial yang ada, sehingga mulai tahun 1950-an Balumpewa dan Kalukutinggu tidak
dapat membendung besarnya arus tingkat migran dari beberapa daerah. Sehingga
saat ini Desa Balumpewa dan Desa Kalukutinggu menjadi satu wilayah yang awalnya
homogeny menjadi heterogen. Walaupun demikian kondisi sosialnya namun interaksi
antara etnik tetap berjalan baik. Suku yang ada di Desa Balumpewa dan Desa
Kalukutinggu yaitu Suku Kaili dan Suku Bugis (Pemerintah Desa Balumpewa, 2011;
Pemerintah Desa Kalukutinggu, 2011; dan Dinas Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten
Sigi, 2012).
Desa
Penyangga KK Konservasi
No |
Desa |
Kec |
Kab |
Prop |
1 |
Balumpewa |
Dolo Barat |
Sigi |
Sulteng |
2 |
Kaluku
Tinggu |
Dolo Barat |
Sigi |
Sulteng |
3 |
Matikole |
Dolo Barat |
Sigi |
Sulteng |